Beberapa
waktu yang lalu (atau lebih tepatnya beberapa tahun yang lalu, aku tidak ingat
persisnya kapan) ketika aku sedang dalam perjalanan menuju ke rumah, aku
melihat semacam spanduk yang intinya berisi "jujur itu hebat". Saat
itu aku berpikir, sebanyak apakah kebohongan yang telah diucapkan oleh
masyarakat indonesia sampai sampai ada himbauan seperti itu?
Memang
saat ini di mata pelajar sendiri, jujur mungkin suatu hal yang sulit terutama
mereka yang terbiasa mencontek. Mencontek menjadi fenomena yang sudah tidak
aneh. Karena tuntutan sekolah untuk mencapai kkm, siswa harus lebih keras dalam
belajar terutama karena banyaknya materi yang harus dikuasai oleh siswa. Mereka
yang merasa lelah akan memilih jalan lain yang dianggap lebih mudah, praktis,
dan terjamin, mencontek.
Lingkungan
juga sangat berpengaruh dalam hal ini. Siswa yang berada di lingkungan yang
terbiasa mencontek mendukung dia untuk mencontek. Bahkan mungkin membuat siswa
yang tidak pernah mencotek jadi terbiasa mencontek karena merasa hasil yang dia
dapatkan tidak adil. Tetapi sebaliknya, siswa yang berada di lingkungan yang
jujur justru menjadi segan untuk mencontek dan merasa malu. Terlebih lagi siswa
tersebut tidak dapat bertanya kepada temannya.
Tidak
hanya itu, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik seharusnya menegaskan hal
ini semenjak dini sampai dewasa. Karena ketika memasuki masa SMA, tak jarang
guru menutup matanya dan bungkam mengenai fenomena ini. Akhirnya siswa pun
leluasa untuk mencontek sesuka hati. Mungkin bukti yang ditemukan guru kurang
kuat. Jika orang tua siswa mengetahui hal tersebut, bisa saja orang tua
tersebut malah protes dan menyalahkan sekolah karena tidak ingin anaknya dicap
buruk.
Ya,
itulah fenomena yang terjadi di Indonesia, sebaiknya pemerintah membenahi
kebijakan untuk pendidikan karena siswa merasa sangat terbebani dengan
kurikulum saat ini. Siswa dituntut untuk menguasai semua pelajaran dan bahkan
harus mencapai nilai ketuntasan minimal. Guru saja hanya menguasai satu bidang,
ya walaupun ada yang lebih tetapi mereka tidak akan mendalami sampai lebih dari
10 pelajaran selain yang ia kuasai bukan? Dan pendalamannya pun berbeda.
Setelah lulus SMA dilanjutkan kuliah dan bekerja, siswa juga hanya akan
mendalami beberapa pelajaran saja. Sebetulnya kurikulum ini pada awalnya memang
bertujuan baik tetapi ternyata justru berdampak buruk terutama pada moral siswa
dan bahkan keadaan psikis siswa karena stres akibat semua bebannya. Peran guru
juga sangat penting untuk menjaga karakter siswa. Guru harus lebih menekankan
lagi bahwa knowledge is power but character is more.